Petualangan ke Kantor Pak Radoth

Rabu, 7 April 2010 – Petualangan kami, QUATOUR berlanjut. Kali ini tujuan kami adalah salah satu instansi pemerintah tepatnya pemerintah Kota Bekasi. Tempat itu adalah Kantor Direktorat Jendral Pajak Atau disingkat Kantor DIRJEN Pajak. Namun perjalanan kami kali ini terasa begitu janggal. Kami merasa ada yang kurang. Sesuatu yang tanpanya kami merasa tidak lengkap. Apakah itu???
Ya, benar…. Saat itu Arief tidak ikut bersama kami. Dia harus mengikuti test Seleksi OSN (Olimpiade Sains Nasional) mata pelajaran Astronomi. YA maklum lah. Diantara kami berempat Arief adalah anak yang otaknya paling ‘Dewa’. Tau dah tu anak makannya apaan. Apa jangan – jangan dia sarapan buku setiap pagi? Atau dia suka ngemil buku sambil nonton film? Atau jangan – jangan waktu ibunya hamil, ibunya ngidam buku? Itu masih menjadi sebuah misteri bagi kami…. Tapi yang jelas Arief tetep asik orangnya.
Oke, balik lagi ke cerita. So…. kami hanya pergi bertiga. Eh… berempat. Sebenarnya kami pergi ke kantor DIRJEN Pajak bertujuan untuk menyelesaikan tugas pelajaran B.Indonesia kami yaitu tentang wawancara. Bu Rasimar, guru kami telah membagi kelompok dan kelom[ok kami beranggotakan 5 orang yaitu, saya, Abdu, Friady, Arief, dan Icha. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Diketahui :
• Saya + Abdu + Friady + Arief = Quatour (Q)
• Icha ( I )

Jadi, Tugas Wawancara = Q + I

Karena Arief tidak ikut, jadi yang pergi untuk mewawancarai hanyalah kami berempat. Kami berempat berangkat dari Bonlap sekitar pukul 08.00 WIB dan dari Bonlap kami pergi menuju rumah Dian. Dian adalah salah satu teman sekelas kami. Dan dia adalah putri dari Bapaknya. Eh… putri dari Bapak Radoth Sihaloho, Kepala Dirjen Pajak Kota Bekasi. Jadi kami meminta bantuan Dian untuk menjadi guide kami dan menjadi penghubung kami dengan narasumber. Dia juga yang mengetahui lokasi dari kantor ayahnya tersebut.
Setelah kami berempat berkumpul di Bonlap, kami pun siap berangkat. Namun kami teringat satu hal. “Dimana daftar pertanyaann untuk wawancaranya?”
Setelah berpikir sejenak akhirnya Friady berkata bahwa daftar pertanyaannya ada di Arief. Nyaho sia!!! Kami tau kalo Arief sudah pergi ke Cikarang sejak jam tujuh pagi. Kamipn mulai panik. Namun ditengah kepanikan kami, kami menemukan satu jalan. Yaitu pergi ke ruamh Arief, dan meminta orang tuanya untuk mengambilkan seluruh buku pelajaran B.Indonesia-nya. Arief emang biasanya nyelipin kertas – kertas gitu di buku.
Akhrnya kami pergi ke rumah Arief dulu. Sesampainya di rumah Arief, kami mulai mengetuk pintu dan memanggil. “Assalamu’alaikum…. Arief….!!!” 3 menit pertama. Kami masih sabar. “Assalamu’alaikum…. Arief….!!!” 3 menit kedua. Kami mulai bertriak lebih keras. “Assalamu’alaikum…. Arief….!!!” 3 menit ketiga. Kami mulai kesal. “Assalamu’alaikum…. Arief….!!!” 3 menit keempat, Kami mulai stres. “Assalamu’alaikum…. Arief….!!!” 3 menit kelima, kami mulai jengkel dan tiba – tiba seorang anak di sebelah rumah Arief berkata bahwa Rumah Arief kosong. Keluarganya pada pergi!!! Sial, bukannya daritadi ngomong. Tapi yang jadi masalah bukan itu tapi…. “Gimana kita mau wawancara kalo gak ada daftar pertanyaan?”
Kamipun panik beberapa saat lalu melanjutkan kembali perjalanan kami menuju rumah Dian. Kami sedikit lupa letak rumah Dian jadi kami menunggu di depan gerbang Mutiara Gading Timur dan Dian akan menjemput kami. Sambil menunggu, kamipun mencoba membuat 20 daftar pertanyaan sesuai ingatan kami tentang 20 pertanyaan yang telah kami buat dan telah kami hilangkan. Dan setelah bekerja keras sampai Dian datang, kami berhasil. Kami berhasil membuat dua pertanyaan. Pertanyaan pertama, “Siapa nama bapak?” Pertanyaan kedua, “Sejak kapan kantor ini dibangun?” Sungguh pertanyaan yang gak penting.
Namun apa bolebuat. Akhirnya kami pasrah dan memutuskan untuk wawancara tanpa teks daftar pertanyaan. Hanya spontanitas saja. Kami mendapat kabar bahwa yang akan kami wawancarai adalah Bapak Irfan, dari bagian Humas atau Hubungan Masyarakat. Setelah berkendara tidak terlalu jauh, akhirnya kami sampai di rumah Dian. Setelah minum dan “Ngurin” (Ngurin : Istilah yang kami pakai untuk mengatakan buang air kecil. Berasal dari kata Ng – Urine artinya membuang urin) sebentar kamipun melanjutkan perjalanan. Kami berenam melanjutkan perkalanan panjang menuju kantor DIRJEN Pajak.
Sekitar setengahjam perjalanan, kamipun sampai di lokasi. Sesampainya di depan kantor, tiba – tiba ada sesosok makhluk tinggi besar yang melambaikan tangan sambil berkata, “Hai!!!!” suaranya menggelegar membelah kebisingan kota bekasi. Makhluk apakah itu? Lalu tiba – tiba di sebelah saya, Dian melambaikan tangan dan berkata, “Papah!!!!” Seketika Saya, Friady, dan Abdu pun tercengang. Ternyata makhluk tinggi besar tadi adalah Mr. Radoth Sihaloho. Ya ampun… anaknya aja udah serem, ternyata bapaknya lebih “ngeri”. Gimana kakekknya? Gimana buyutnya? Gimana generasi paling pertamanya? Jangan dibayangin deh. Ntar sakit.
Namun kami tetap memberanikan diri untuk mendekati pak Radoth dengan harapan dia tidak akan menggigit kami. Setelah menyapa dan memberi salam kepada pak Radoth, kami berenam masuk ke dalam. Pak Radoth menyuruh kami duduk menunggu di ruang tunggu. Sambil menunggu, kami mulai menebak dan mengira – ngira yang manakah orang yang akan kami wawancarai. Ada banyak sekali orang disana. Dari yang berjas sampai yang menggunakan kemeja biru bertuliskan PLN ada di sana di ruangan dengan komputer di setiap meja kerjanya. Eh… itu mah emang petugas PLN yang lagi benerin AC.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya seorang pemuda agak tinggi dengan celana bahan berwarna hitam dan kemeja kuning terang menghampiri kami. “Ini yang dari SMA 1 Tambun ya?” Kami mengiyakan peranyaannya dan bertanya – tanya. Apakah dia yang akan kami wawancarai? Kayaknya masih muda banget. Apa bener dia orangnya? Tak lama kemudian dia memperkenalkan dirinya. “Nama saya Irfan dari bagian Humas.” Wah ternyata bener. Muda benget. Dia baru berumur 27 tahun dan belum menikah.
Setelah berbincang dan berbasa basi (sampai busuk) sebentar, kami mulai wwancara. Pertanyaan demi pertanyaan kami lontarkan. Pak Irfan pun menjawab pertanyaan kami dengan lancar dan bahasa – bahasa yang tinggi. Wah… kayaknya orang pinter nih, Mas – Mas. Kemudian kami sampai pada satu pertanyaan. “Apakah pernah dijumpai kasus seperi kasusnya Gayus Tambunan di kantor ini?” Ya… kami menanyakan seputar kasus Gayus Tambunan. Dan jawaban apa yang dia beri? “Em…. Ya… gini…. saya sebetulnya tidak tahu.” Kata Pak Irfan. Sepertinya dia gugup. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan ini seperti yang sebelumnya. Dia pun menjawab dengan kata “Tidak tau” padahal sebelumnya dia tidak pernah bilang tidak tahu. Kami terus mendesak dengan pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan namun dia selalu menjawab tidak tahu. Aapakah ada yang disembunyikan? Adakah apa yang disembunyikan? Apakah ada udang dibalik bakwan? Mungkin saja. Atau mungkin juga tidak karena bakwan udang pasti lebih mahal.
Sekitar satu jam kami habiskan untuk melemparkan pertanyaan demi pertanyaan untuk memenuhi tugas B.Indonesia kami. Setelah itu, kami berfoto bersama. Ternyata Pak Irfan narsis juga. Dia senyum – senyum kaya foto model gitu. Setelah berfoto, kami dibagikan pin dan panduan mengenai betapa pentingnya pajak untuk kehidupan kita. Jalan, sekolah, stasiun, dan semua sarana dan prasarana yang kita nikmati itu dibangun dari pajak kita. Jadi jangan males bayar pajak yaaaa….. Baim aja udah bayar pajak.
Setelah itu kami pergi meninggalkan kantor Dirjen Pajak. Kami beranjak dari tempat yang adem, sejuk, segar, dan ber-AC menuju dunia luar yang panas, gerah, penuh akan polusi, dan suara bising kendaraan bermotor. Saat itu sekitar pukul 12.30. Tugas sudah selesai dan kami pun pergi ke rumah masing – masing. Namun sebelum pulang, Friady mengajak ke SMP Yadika terlebih dahulu. Dia bilang siswi – siswi Yadika cakep – cakep, seksi – seksi, pake rok pendek pula. Dia bilang mau ngajak kenalan. Ya ampun… dasar Friady. Namun sesampainya di sana, ternyata mereka belum pulang. Itulah ‘alasan’ yang dipake Friady waktu ditanya “Katanya mau kenalan?”
Akhirnya kami pulang ke rumah dengan wajah tampak lelah dan suram. Namun di sisi lain, kami senang karena tugas telah terselesaikan dan kami dapat pengalaman baru untuk ditambahkan ke cerita petualangan QUATOUR. Tapi petualangan kami belum berakhir. Tunggu kisah selanjutnya ya…. .

Leave a comment